Cengar- cengir begitu aku mengenang kenangan indah itu, ingin ransanya kembali melihat kondisi kampung halaman yang ekstra dingin itu, kebun yang bersususn susun tertanam padi, berganti musih dengan bertanam jagung, singkong, hingga cabe dan kacang kacangan.
Entah kapan, pastinya aku akan kembali melihat kenangan semua itu bersama generasiku......
akan aku ceriterakan kepada generasiku, bagaimana aku dulu benar- benar anak kampung yang norak.
Teringat kepada teman yang memiliki sahabat kawanku. Bercerita antusias tentang pribadinya di kos- kosan tempat aku merantau waktu itu.
Sepenggal puisi gila bercerita tentang kawannya sahabatku itu:

Kentut memang kau ini
begitu kataku menghardik dia
berperilaku tak ubahnya kentut
bau, bau, bau tak sedap sekali
kentut kau ini......
kau relakan dirimu menjadi trophy
tubuh penuh aroma
berpita seakan menantang
mengeliat bak ular minta di sentil
ah....muak kau ini
bau aromamu...padamkan tali ikatan
sambung hidupmu dengan aroma itu
bau kau...
Entah apa lagi cerita dari aromamu
bau kentut kau kali ini beda
lebih sedap dan menggoda
kiranya penghasilamu naik tingkat
tetap saja kau ini bau kentut.
cerita gila dari sahabat
bertebar aroma kentut satu ke yang lain
ahhhh...muak rasanya mendengar cerita kau
kentut yang penuh dosa birahi
bermodal aroma kentut
lupakan asal.....
lupanan ustat....
lupakan emak...
lupakan kawan....
lupakan ternak....
ahhhh....dasar kentut kau ini
Sampai kapan kau menjelma menjadi kentut?!
No comments:
Post a Comment