Bicara masalah TVR (Televisi Rating), baik televisi nasional maupun lokal, sudah seperti tidak bisa bergerak lagi. (kasarnya, kerbao yang di cucuk hidungnya). Rating adalah kata penentu kemenangan atau kekalahan dalam dunia pertelevisian di Indonesia. Hidup atau matinya program di sebuah televisi, tergantung kepada rating. benarkah demikian?.... saya berharap kisanak yang ahli di bidang ini memberikan sanggahan. Kalau sebuah program televisi mendapat rating yang tinggi, maka dapat diasumsikan akan ada banyak pendapatan dari iklan yang akan masuk ke televisi tersebut. Bahkan para petinggi program/redaksi, tidak sungkan sungkan memberikan bonus atas pencapaian ratingnya. Namun sebaliknya bila rating sebuah program turun, televisi tersebut kehilangan pemasukan iklan. Begitu juga di internal program/redaksi. produser dan teamnya-pun akan di minta pertanggung jawaban. "Kenapa rating bisa turun?"..... begitu petinggi program mendesak. Ya...itulah dunia pertelevisian indonesia. Semua hanya karena rating.
AC Nielsen
Peran Riset yang di andalkan Televisi seluruh indonesia ini, membuat terlena para pekerja televisi. Rating adalah TUHAN bagi para pekerja televisi. Pekerja televisi ini rela berjumpalitan kerja siang dan malam demi memperoleh angka rating yang tinggi. Di Indonesia ,AC Nielsen adalah jasa penyedia rating tiada duanya di indonesia. Perusahaan dari Amerika ini praktis menjadi tumpuan utama atau MONOPOLI bagi semua stasiun televisi , biro iklan dan semua produsen pemasang iklan.
Hinggal saat inipun, tak satu insan manusia yang mampu berbuat banyak untuk mencari keapsahan dari penelitian Acnielsen ini. Baik pekeraja di lapangan maupun di pengeditan.
Statistik dan Matematika
Harapan terbesar tertumpu kepada ahlinya. Yaitu mereka yang ahli di jurusan statistik dan matematika. Insan- insan yang berkecimpung di dunia ini. sebetulnya bisa berperan banyak untuk bisa mencari kebenaran dari metode yang di lakukan perusahan amerika ini. Sayang sekali, merakapun bungkam tak mau tahu dan bahkan larut di dalamnya. waduh....
Saya pernah mengikuti training yang di adakan AcNilesen 2 kali tepatnya, dan kantorpun juga mengundang untuk present. Dari materi presentasi semuanya benar sesuai metode reset. Tapi ada kejanggalan begitu saya masuk di s/w mereka (run data mentah).
Tayangan –tayangan televisi yang justru bersifat mendidik dan mencerdaskan akan selalu mendapat nilai rating yang rendah dari AC Nielsen. Tayangan sinotron dan program picisan justru mendapat rating tinggi. Ini menandakan bahwa kebijakan yang di lakukan Acnielsen tidak merata terhadapa responden. (hanya responden yang berekonomi rendah yang bisa meraka bayar dengan rendah, sementara kelas ekonomi atas, tidak di sentuh seluruhnya oleh AcNielsen. Inilah kejanggalan yang saya tangkap.
Kembali ke perannya.
salam
No comments:
Post a Comment